Antara Pemuda Indonesia & Pemuda Rosulullah

Peran Pemuda Dalam Memerdekakan Bangsa Seutuhnya

Indonesia dan Penjajahan

Sudah lebih dari 60 tahun sejak Bung Karno mendeklarasikan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Setelah melalui perlawanan atas penjajahan fisik selama kurang lebih tiga setengah abad. Kita telah merdeka secara fisik. Namun, ternyata mental-mental keterjajahan itu masih bersemayam dalam jiwa sebagian besar masyarakat kita. Betapa tidak, kita baru merdeka sekitar setengah abad, sedangkan rentang waktu penjajahan fisik itu sudah lebih dari tiga setengah abad.

Tapi sayangnya alasan ini tidak bisa dijadikan argument pemaafan akan keterbelakangan bangsa kita. Lihat Malaysia dan Korea Selatan yang umur kemerdekaannya lebih muda dari Indonesia, sudah menjadi salah satu ‘Macan Asia’. Kualitas SDM dan SDA bangsa kita sama sekali tidak kalah dengan mereka, karena Allah menciptakan hardware(piranti keras) manusia itu sama potensinya. Begitu dahsyatnya keterbelakangan kita dalam berbagai bidang. Dalam hal ekonomi, bangsa ini dikuasai hegemoni kapitalis yang rakus. Segi politik, para preman jalanan itu telah mengganti baju mereka dengan jas dan dasi yang mewah namun dengan perilaku tak berubah. Di bidang moral, rasa kemanusiaan mati terhadap penghargaan nyawa. Persis puisi Kahlil Gibran tentang “Bangsa Kasihan”. Kasihan bangsa, yang menjadikan orang dungu sebagai pahlawan, dan menganggap penindasan penjajah sebagai hadiah. Kasihan bangsa, yang negarawannya serigala, filosofnya gentong nasi, dan senimannya tukang tambal dan tukang tiru. Kasihan bangsa yang tidak pernah angkat suara kecuali jika sedang berjalan di atas kuburan, tidak memberontak kecuali ketika lehernya sudah berada di antara pedang dan landasan.

Pemuda Indonesia

Begitulah, bangsa ini telah merdeka secara fisik, tapi belum secara mental. Kita belum merdeka seutuhnya. Pun, ketika para pemuda dan mahasiswanya telah berkali-kali turun ke jalan mengawali perubahan. Seakan usaha mereka sia-sia. Atau, malah kaum pemuda juga sudah menjadi salah satu masalah bangsa ini? Memang, agaknya permasalahan pemuda bangsa ini juga tidak sedikit dan sudah perlu mendapat perhatian khusus. Dengan idealisme yang -mestinya- masih murni dan rasa kepedulian kondisi bangsa yang -harusnya juga- masih tinggi, para pemuda masih bisa berbuat banyak.

Melihat realita pemuda Indonesia sekarang, harapan ini seakan menipis. Pemuda sekarang sedang berada di persimpangan jalan, apakah akan menjadi generasi pengganti pelopor perubahan dan kebangkitan ataukah bahkan penerus generasi tua sekarang menuju kepunahan. Kekhawatiran ini bukan khayalan, fakta-fakta berbicara bahwa kerusakan generasi muda sudah menjadi sedemikian parah. Narkoba, putus sekolah dan mutu pendidikan rendah, pengangguran muda, free sex, fenomena ABG hedonis, tawuran dan kriminalitas remaja. Sederet kata tersebut sudah sering membuat kepala pening. Krisis jati diri itulah keyword-nya. Ini merupakan pangkal arus demoralisasi yang menggurita. Globalisasi yang ditandai revolusi teknologi informasi membuat seakan dunia bak desa yang sangat besar dan tidak seluruh bangsa siap menghadapi bentuk pergaulan dunia baru yang seperti tanpa pembatas. Bangsa yang tidak siap akan semakin terpuruk, tereksploitasi dan menjadi ’tong sampah’ budaya barat yang menimbulkan krisis terhadap nilai-nilai yang dianut. Nilai adalah akar kebudayaan dan peradaban suatu bangsa. Pergeseran nilai selalu mendahului pergeseran teritorial suatu bangsa oleh karena itu pangkal dari krisis jati diri yang diderita para peemuda hari ini adalah krisis nilai. Wilayah nilai harus menjadi perhatian serius, karena permasalahan lainnya akan dengan sendirinya selesai kalau kita mampu mengolah nilai-nilai yang ada menjadi suatu sistem yang berjalan dengan baik yang bekerja di tengah-tengah masyarakat.

Dua jebakan yang mungkin menimpa kita, pertama menjadi bebas nilai atau kedua, sebaliknya secara primitif berpegang pada nilai-nilai lama yang usang. Keduanya merupakan pilihan ekstrim yang terlihat mudah. Karenanya kita harus secepatnya mencapai titik keseimbangan yang baru untuk menemukan nilai-nilai yang kita sepakati kebaikannya. Di sisi lain kita melihat gagalnya generasi tua melakukan rekonsiliasi dan juga kelambanannya memenuhi amanat rakyat. Mereka miskin cita-cita, lemah semangat dan enggan berkorban. Memang tidak semua, ada pula generasi tua yang dikucilkan yaitu orang-orang tua yang tetap muda cita-citanya, semangatnya dan pengorbanannya.

Kebangkitan

Zaman baru akan lahir karena adanya pikiran baru, jiwa baru dan semangat baru. Ketiga tanda tersebut merupakan ciri orang muda. Dalam tiga hal inilah letak kepeloporan peran pemuda harus menonjol di segala aspek kehidupan. Pikiran baru membuat pemuda belajar dan selalu memperkaya wawasan seluas-luasnya. Jiwa baru mengawali sebuah kematangan setelah menghadapi benturan-benturan tantangan dan menyelesaikannya dengan semangat. Pemuda selayaknya menisbahkan dirinya pada suatu pergerakan untuk memperjuangkan pikiran-pikiran dan jiwanya yang akan menyatu menjadi sejarah emas yang gemilang.

Bekal Perjuangan

Yang pertama kali harus difahami adalah tidak dalam semua hal pemuda menjadi penerus, kalau saja semua yang terwariskan itu kebobrokan, maka pemuda harus menjadikan perannya sebagai generasi pengganti atau pengubah. Dalam kondisi sekarang, ada beberapa hal yang harus dimiliki oleh pemuda. Pertama, adalah memperteguh basis moral kepribadian yang akan membentuk perangai akhlaq mulia. Jejak perubahan akan menapak dengan jelas dan lugas jika sang pelopor menjadi model hidup yang bisa diteladani.

Kedua, mempertajam kompetensi diri pada suatu bidang atau keterampilan tanpa harus kehilangan konteks yang utuh dengan bidang-bidang terkait. Kompetensi ini juga harus kompetitif, karena dengan kompetensilah seseorang bisa mandiri. Ketiga, menumbuhkan sense of crysis pada bidang sospolekbud. Di sinilah moral diri dan kompetensi diri menemui konteksnya sebagai fungsi dari harokah, sebuah gerakan amal jama’i yang akan membawa peran serta masyarakat ke arah perubahan yang diharapkan. Yang perlu diperhatikan, harokah bukanlah gerakan yang memisahkan dan menutup diri dari masyarakat.

Pemuda Utusan Rosulullah

Lihatlah ia, pemuda yang belum juga berusia seperempat abad. Tapi sudah mengawali karirnya menjadi duta Islam pertama untuk masyarakat yang sama sekali belum mengenal Islam. Ia membuka pintu-pintu hidayah masyarakat Yatsrib, sehingga Rasulullah dengan aman bisa membuat cikal bakal negara Islami. Keluhuran akhlaqnya melelehkan keangkuhan dan kecurigaan para pemuka kaum. Bahkan merekrut mereka menjadi salah satu prajurit penguat barisan kebenaran berkat kepiawaiannya dalam berdiplomasi. Sebuah karya yang sangat prestatif.

Dialah Mush’ab bin Umair. Refleksi sejati pemuda pembangun bangsa. Integritas moral dan kecerdasan berpadu dalam dirinya. Sebuah pernyataan jenius dia lontarkan saat ditanya oleh Rosulullah, tentang bagaimana dia akan menjalankan tugas di Yatsrib. ” Dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan jika tidak aku dapati pada keduanya, maka aku akan berijtihad ”, jawabnya tenang. Dan Rosulullah pun mempercayainya, untuk sebuah tugas yang tak mudah, dan belum tentu orang-orang yang lebih tua bisa melakukannya. Wafatnya pun dalam keadaan mendekap panji yang diamanahkan Rosulullah, walau harus dengan pangkal kedua tangannya yang telah putus. Ya, ia syahid di medan Uhud dan Rosulullah ikut menangisinya.

Wallaahu a’lam bisshowwaab.

11 Tanggapan

  1. Hmm, bangkitlah Islam! Pemuda adalah masa depan Islam!

  2. memang sudah seharusnya dan sepatutnya kalau setiap pemuda di dunia mencontoh kepribadian rosulullah saw

  3. artikel mas bagus2…
    aku senang ada yg masih peduli dengan nasib para pemuda di indonesia…

    ya walaupun ini semua sangat tergantung kepada sistem apa yang kita anut… betul tidak mas?

    aku jg seorang pemuda…
    pemuda yang masih jauh untuk di harapkan…
    tapi kita semua tetap berjuang ya mas.. :D

  4. aduh aku masih baru dalam buat blog..
    jd masih bingung mau tulis apa…
    boleh ya aku ngambil sedikit refrensi dari blog mas… hehe

    aku tunggu saran nya ya mas….

  5. @ Fahmi: silahkan, tidak apa-apa dipakai untuk referensi, mudah2an bisa menjadi syafaat & catatan kebaikn kita di akhirat

  6. pak.ijin ngopi ya….
    paak minta referensi juga ya..buat blogku
    he..he bisa buka kok di ernhyzone.wordpress.com
    ngiklan nih

  7. hellloow!!! assalam….
    salm knal y wat mas aaf,,,okey q stuju bgt dgn pa yg mas ktain,,,but masalhx gmana kita prpmuda mo sadar kalo pemerintahx ja dukung kt wat urak2 an,,example gak adax pengertian pemda pd pmuda… tp q jg lg berjuang nhe,, q ingin pemerntah mendengar suara pemuda…ok!! thanks bangt x soalx
    artkel mas xentuh bgt,,, q orang papua lhoooo,mau buah merah gak nhe???

  8. Selain Nasionalisme yang sangat penting ditumbuh kembangkan, Religiusitas pemuda juga sangat perlu. agar supaya terjadi keseimbangan moral.
    Bersatulah pemuda/i indonesia menuju indonesia baru.

  9. hidup para pemuda….

  10. tulisan yang bagus bisa untuk referensi mas makasih pencerahannya

Tinggalkan Balasan ke aaf Batalkan balasan